Besok di Kampus UNNES: Rudi Hartono Dikukuhkan Sebagai Guru Besar FBS UNNES

ket foto: Prof Rudi Hartono (tengah) saat menerima penghargaan dari RELO, Kedubes AS di Jakarta sebagai pengembang The Indonesian Massive Open Online Course (IMOOC): Technology for Autonomous Learning Modules for Participants in Indonesia. (foto dok)

 

SEMARANG (kampussemarang.com)- Dosen Bahasa Inggris Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Universitas Negeri Semarang (UNNES) Dr. Rudi Hartono, S.S., M.Pd. Rabu besok  (16/9) di kampus UNNES akan dikukuhkan sebagai Guru Besar (Profesor) bidang Ilmu Linguistik Penerjemahan.

Guru Besar lulusan S3 UNS, S2 UPI dan S1 Unpad ini akan melakukan pidato pengukuhan “Online-Based Tripartite Cycle Model” (Model Penerjemahan Kolaboratif Berbasis Daring) berdasarkan sejumlah hasil penelitian yang telah dilakukan dan presentasi di berbagai seminar beberapa tahun belakangan ini. Prof. Rudi Hartono berharap pidato pengukuhannya dapat memberi kontribusi signifikan secara teoretis dan praktis bagi dunia penerjemahan, khususnya para akademisi dan praktisi yang menggeluti bidang penerjemahan.

“Tugas penerjemah ibarat berenang menyeberangi sungai deras atau lautan dalam atau juga memasuki hutan rimba dengan banyak hewan buas di dalamnya. Agar bisa melewati semua rintangan itu, banyak cara bisa dilakukan. Misalnya menguasai gaya berenang yang bisa menyelamatkan atau memasuki hutan rimba dan belantara dengan ilmu yang cukup dan peralatan survival yang lengkap. Namun ada satu hal yang paling penting, yaitu seberangi sungai dan lautan serta masuki hutan belantara sesering mungkin bersama orang-orang profesional, agar kita menjadi perenang hebat dan pengembara kuat berhasil selamat sampai tujuan” ujar suami dari Ani Rahdiyani dan ayah dari Nur Islami Dini Hanifah S.Gz. M.Gz. serta Nur Hilmi Insan Muhammad.

Menurut Prof Rudi Hartono, untuk menghasilkan terjemahan berkualitas membutuhkan ilmu, keterampilan, dan pengalaman yang cukup. Penerjemah akan menghadapi kendala bahasa mencakup tata bahasa, tata kalimat, tata kata, dan tata tulis yang berkaitan dengan bahasa sumber dan sasaran, juga budayanya. Dia akan mampu menerjemahkan teks bahasa sumber ke bahasa sasaran secara akurat dan berterima jika dia memiliki kompetensi linguistik, budaya, penerjemahan dengan baik. Selain menguasai cukup ilmu penerjemahan dan terampil menerjemahkan, dia pun harus berkolaborasi dengan penulis teks dan pembaca hasil terjemahan.

“Upaya seperti ini jarang dilakukan para penerjemah sehingga saya memperkenalkan model penerjemahan kolaboratif yang efektif untuk menerjemahkan teks akademik, khususnya artikel ilmiah, dari bahasa Indonesia ke bahasa Inggris dan sebaliknya. Model ini diharapkan dapat menjadi solusi alternatif untuk menghasilkan terjemahan teks akademik dan teks umum lainnya yang berkualitas” ujar Prof. Rudi Hartono.

ket ftoto: Prof Rudi Hartono (baris depan, 2 dari kanan) di sebuah acara (Foto dok)

Seraya mengutip Landers (2001), Prof. Dr. Rudi Hartono menyampaikan proses penerjemahan yang kokoh dan mampu menghasilkan terjemahan yang akurat, berterima, dan dapat dipahami pembaca, harus melibatkan 3 bagian penting yang saling membantu, yaitu penulis teks asli, penerjemah, dan pembaca. Akhirnya Prof. Rudi Hartono mengembangkan Online-based Tripartite Cycle Model (TCM) lebih jelas dan detail serta penerjemahan alternatif bagi para penerjemah yang bersifat kolaboratif dan dapat menghasilkan artikel yang lebih berkualitas.

Dalam model penerjemahan ini, ujar Prof Rudi Hartono, dirinya mengutamakan analisis sosioakademis tentang kebutuhan kaum akademisi saat ini terhadap publikasi artikel pada jurnal internasional bereputasi. Model ini mengintegrasikan penulis, penerjemah, dan pembaca dengan menggunakan pendekatan inovatif dan sistemik untuk meningkatkan kualitas teks terjemahan. Mereka dapat berdiskusi dan bertatap muka, berkomunikasi melalui email, pesan WhatsApp, menelepon, atau melakukan dialog lewat Skype bahkan melakukan percakapan melalui platform terkini.

Dalam proses penerjemahan ini, penerjemah harus memiliki ragam kompetensi agar dia dapat menghasilkan terjemahan yang berkualitas, misalnya memiliki pengetahuan yang luas tentang isi teks (knowledge competence), pengetahuan teoretis dan praktis yang mendalam tentang penerjemahan dan terjemahan (translation competence) yang mencakup kompetensi linguistik (linguistic competence), kompetensi budaya (cultural competence), kompetensi teknologi penerjemahan (translation technological competence), yaitu semua hal yang berkaitan dengan teknologi penerjemahan.

“Sebagai simpulan, Online-based TCM adalah model penerjemahan kolaboratif yang efektif untuk menerjemahkan teks akademik. Model ini dapat membantu akademisi menerjemahkan artikel ilmiah atau teks lainnya dari bahasa Indonesia ke bahasa Inggris atau sebaliknya. Online-based TCM berpotensi dan berkontribusi  membantu para dosen di Indonesia dalam penerjemahan teks akademik, khususnya artikel ilmiah yang akan dikirim ke jurnal-jurnal internasional bereputasi.  Prof. Rudi Hartono berharap Online-based Tripartite Cycle Model sebagai model penerjemahan kolaboratif bermanfaat untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas terjemahan artikel-artikel untuk jurnal internasional, sehingga prestasi dan reputasi internasional perguruan tinggi, dapat  tercapai dengan baik” ujar Prof. Rudi Hartono. (ks01)

About Admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

x

Check Also

Keren, Ciptakan Inovasi Kulit Jeruk, Lulusan Vokasi Undip Raih Tiga Paten Granted

  SEMARANG ( kampussemarang.com)- Inovasi para mahasiswa ternyata bisa menjadi solusi permasalahan yang dihadapi masyarakat ...