Guru Bahasa Inggris  dan Digital Literacy  di Era Pandemi Covid-19

ket foto: Nadiah Ma’mun MPd (foto dok)

Oleh: Nadiah Ma’mun MPd

* Dosen Pendidikan Bahasa Inggris FITK UIN Walisongo Semarang,

* Mahasiswa Program Doktor Ilmu Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Negeri Semarang

 

SEMARANG (kampussemarang.com)- Musibah Pandemi virus corona atau Covid-19 yang terjadi saat ini berimbas terhadap berbagai sektor, baik dunia bisnis maupun sektor pendidikan.  Kewajiban untuk social distancing, pake masker, cuci tangan dan menghindari kerumunan mendorong proses belajar mengajar (PBM) di sekolah dan perguruan tinggi mulai beralih dari pembelajaran tatap muka (offline) menjadi daring (online).

Hal tersebut tentu mengakibatkan pihak pengelola sekolah, para guru, murid dan orang tua dipaksa harus dapat menyesuaikan dengan kondisi tersebut. Mereka mulai menyadari pentingnya literasi (melek) digital supaya proses pembelajaran tetap berjalan walaupun dirasa masih sangat berat, baik bagi sekolah, siswa dan orang tua.

Bagi guru Bahasa Inggris, situasi ini tentu mendorong mereka untuk lebih kreatif dan inovatif dalam penyediaan materi bahasa Inggris, dan  media pembelajaran  yang cocok dan  mudah diakses  siswa. Saat ini banyak pilihan variasi media digital, misalnya google meet, google classroom, Whatsapp, dan zoom meeting, yang dapat dipilih oleh guru.

Namun demikian, efektifitas pembelajaran bukan hanya ditentukan dari medianya saja, tetapi lebih pada literasi digital. Literasi digital adalah ketertarikan, sikap, dan kemampuan individu untuk menggunakan teknologi digital, dan alat komunikasi untuk mengakses, mengelola, mengintegrasikan, menganalisis, mengevalusasi informasi, membangun pengetahuan baru, dan berkomunikasi dengan orang lain secara efektif (Kompasiana, 24 Juni 2015).

Jadi, dengan literasi digital, para guru bahasa Inggris  dapat mengelola pembelajaran  bahasa Inggris lebih efektif dan efisien. Hal ini ditunjukkan  dengan kemampuan komunikasi  aktif siswa dengan menggunakan bahasa Inggris.

Disamping itu, digital literacy ini dapat  menciptakan atmosfer kemandirian siswa dalam memilih materi yang harus dipelajarinya. Serta, target ketuntasan materi yang dapat dikelola sendiri sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.  Guru juga perlu menyadari bahwa pembelajaran mandiri secara digital tidak dapat dibatasi waktu, jadi sebaiknya yang lebih ditekankan adalah  pendekatan penguasaan materi (mastery concept). Contohnya, Guru dapat menerapkan pembelajaran berbasis tugas atau proyek. Karena Tugas merupakan bentuk kegiatan siswa yang bisa dilakukan dengan mempelajari materi ajar dari sumber autentik sehingga mendorong siswa untuk dapat berkomunikasi dengan bahasa Inggris yang dipakai oleh penutur asli (native speaker).

Guru tetap harus mengontrol kegiatan belajar keseharian siswa. Kontrol pembelajaran dapat dilakukan dengan pendekatan pragmatis, yakni dengan menggunakan data lunak (soft data), berupa persepsi, nilai, dan keinginan  siswa atau peserta didik, dengan mempertimbangkan apa yang dapat dilakukannya.  Sedangkan evaluasi penguasaan materi dapat dilakukan dengan aneka macam cara, misalnya dengan self-test (tes sendiri), tes baku yang dapat diambil kapan saja, tes kolokium, dan tes dalam bentuk portofolio. (ks01)

About Admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

x

Check Also

Dies Natalis ke 54 UIN Walisongo, Menag: Pentingnya Merawat Kerukunan 

SEMARANG (kampussemarang.com)- Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang menggelar sidang senat terbuka dalam rangka Dies ...