Guru Harus Mampu Jadikan Iptek Selalu “Hidup” Dalam Diri Siswa

ket foto: Para pembicara semnas saat paparan (Foto dok)

SEMARANG (kampussemarang.com) – Universitas Muhammadiyah Semarang (Unimus) menggelar seminar nasional Pendidikan Sains dan Teknologi di kampus setempat, Sabtu (07/10/2017). Pembicara utama semnas tersebut di antaranya Dr Muhammad Nur DEA (dosen FMIPA Undip yang juga pakar teknologi plasma), Dekan FMIPA Unimus Dr Eny Winaryati MPd, Dr Margo Yuwono Ssi Msi (Kepala BPS Jateng) dan Prof Dr Kuncoro Dihardjo ST MT (UNS).

Dalam seminar tersebut sejumlah poin penting disampaikan oleh para pembicara. Di antaranya, anak atau siswa harusnya dikenalkan science (ipteks) sejak muda dan berupaya bagaimana science selalu “hidup” dalam diri tiap anak, serta menjadikan science yang selalu bermuara pada produk. Tiap guru atau pendidik juga harus menanamkan jiwa berpikir kritis pada anak sejak kecil.

“Bila cara ini ditempuh maka hasilnya akan baik. Dan tiap guru atau dosen pun juga harus memahami kalau pendidikan untuk generasi sekarang atau Genarasi Y harus bersifat kreatif, bebas dan lain lain sesuai dengan karakter generasi ini. Peran pendidikan hanya mengasih peluang atau challenge saja. Janganlah memperlakukan anak sekarang dengan jaman dulu atau jaman saat para guru generasi X atau satu tingkat generasi sebelumnya (generasi baby boomer) menjalani masa mudanya. Pendidikan pada anak juga sebaiknya menggunakan Lesson Study atau LS seperti yang telah puluhan tahun lalu dilakukan negara Jepang sehingga menghasilkan lulusan sangat unggul di bidang ipteks” ujar Dr Muhammad Nur DEA dan Dr Eny Winaryati MPd.

Disampaikan pula lewat seminar nasional yang diikuti para guru PAUD dan SD Aisyiyah se Jateng ini, ada 7 kebiasaan untuk berpikir kreatif. Meliputi keluar dari kotak pembatas  (out of the box), menerima adanya gangguan (welcoming chance of intrusions), kedalaman pikiran (listening to depth mind),menuda keputusan (suspending judgement), melakukan persamaan/analogi (stepping stone analogy), menerima tafsir ganda/ambiguitas (telorating ambiguity) dan mengumpulkan ide (ideas banking).

“Pengajaran lewat lesson study sangat pas untuk pembelajaran dan pegajaran di abad 21 ini karena bisa menyesuaikan tuntutan para siswa abad ini yang memiliki ciri ciri di antaranya multi tasking, mencari info apapun dari online serta bersifat “multi media” ujar Dr Eny Winaryati.

Seminar nasional se Jateng ini diakhiri dengan lomba penulisan karya ilmiah terbaik di bidang pengajaran dan lomba praktek mengajar inovatif kreatif.  (ks01)

ket foto: Dr Eny Winaryati saat paparan maeri semnas (foto dok)

About Admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

x

Check Also

2022, RFB Semarang Bakal Cetak 200 Tenaga Pialang Baru

SEMARANG (kampussemarang.com– Di tahun 2021, PT Bursa Berjangka Jakarta/Jakarta Futures Exchange (JFX)  dan PT Kliring ...