“Food Truck In Town” Wirausaha Kreatif di Masa Pandemi.

ket foto: Food Truck (foto dok)

 

Pandemi Corona (Covid-19) berdampak serius pada banyak sektor, tak terkecuali sektor pangan. Yang paling banyak diserang adalah mereka yang berjualan produk pangan olahan secara offline, baik pedagang retail maupun pedagang makanan jajanan (street foods).

Dengan diterapkannya “new normal”, semua sektor diminta untuk siap bergerak, tidak terkecuali bagi mereka pelaku usaha di bidang makanan jajanan. Angin segar ini tentu harus dioptimalkan sebaik mungkin.

Beberapa kepala daerah telah mengambil kebijakan, seperti membatasi jumlah pedagang yang boleh berjualan, menjadwalkan pedagang untuk berjualan secara bergantian dan lain sebagainya. Hal ini ternyata belum dirasa puas oleh banyak pedagang makanan, sehingga masih banyak pedagang yang tidak taat aturan. Selain itu, animo masyarakat untuk mengkonsumsi makanan siap saji semakin tinggi, namun masih banyak masyarakat yang berdesak-desakan dan tidak mentaati protokol kesehatan yang telah ditetapkan.

Bagi pengusaha toko retail, tentu penerapan protokol kesehatan akan jauh lebih mudah dibandingkan pengusaha makanan jajanan. Sebagai pihak yang bergelut di bidang pangan, pertanyaan yang muncul di benak penulis adalah inovasi apa yang dapat diterapkan selama masa “new normal” ini bagi pelaku usaha di bidang pangan olahan terutama makanan jajanan?

Kebiasaan makan masyarakat modern

Selama satu dekade terakhir, sektor pangan menghadapi peningkatan inovasi yang sangat pesat terutama dalam konteks pangan berkelanjutan. Kondisi ini berkaitan erat dengan gaya hidup dan kebiasaan makan masyarakat modern, yang cenderung memilih mengkonsumsi makanan instan. Hal ini berdampak positif terhadap makanan jalanan atau street foods. Melansir situs resmi FAO, definisi makanan jalanan adalah  “makanan jalanan merupakan makanan dan minuman siap saji yang disiapkan dan atau dijual oleh pedagang asongan, terutama di jalan-jalan dan di tempat sejenisnya ”.

Makanan jalanan tumbuh subur terutama di negara berkembang, termasuk Indonesia. Keberadaan makanan jalanan memiliki nilai intrinsik tersendiri. Selain harga yang relatif bersahabat dengan kantong, makanan jalanan dikenal dengan citarasa yang khas serta ada nilai budaya yang unik, sehingga lebih menarik masyarakat sekitar hingga wisatawan untuk mengkonsumsi. Akan tetapi, banyak kasus ditemui bahwa makanan jajanan di Indonesia cenderung tinggi karbohidrat dan lemak, namun rendah serat, protein, vitamin serta komponen gizi lainnya.

Disamping itu, penerapan higinitas dan sanitasi oleh pedagang maupun pembeli masih tergolong rendah. Beragam kontaminasi dan faktor resiko lainnya mengancam kesehatan konsumen maupun pedagang serta lingkungan sekitar. Hal ini semakin diperburuk dengan adanya pandemi Covid-19. Dilansir dari situs remis WHO, penyebaran virus covid-19 memang tidak ditularkan secara langsung oleh makanan, akan tetapi bisa ditularkan melalui kemasan makanan jajanan maupun media untuk mengkonsumsi seperti sendok serta gelas. Update terakhir dari WHO virus Covid-19 ini bisa ditularkan lewat udara.

Teknologi Pangan di Masa Pandemi

Berbagai alternatif telah diusulkan untuk memperbaiki permasalahan ini, terutama dalam menyiapkan dan menjual makanan jalanan. Baru-baru ini, inovasi di bidang teknologi pangan yang semakin banyak digandrungi oleh pedagang adalah berjualan menggunakan truk yang dikenal dengan istilah “food truck“. Food truck merupakan kendaraan besar dilengkapi peralatan  yang digunakan dalam menyiapkan, memproduksi, hingga menjual makanan. Trend berjualan dengan teknik food truck diketahui lebih efektif dan efisien dibandingkan teknik konvensional, tidak terkecuali di masa pandemi ini. Usaha food truck banyak diminati karena mempunyai keunggulan seperti konsep menjemput bola yang mempunyai mobilitas tinggi yang dapat memperluas pangsa pasar. Disamping itu, berjualan menggunakan food truck juga membutuhkan biaya relatif lebih rendah, waktu berjualan lebih fleksibel hingga pemasaran lebih mudah menggunakan berbagai macam platform digital. Hal inilah yang menjadikan bisnis food truck menjadi alternatif baik selama masa pandemi maupun setelah pandemi berakhir. Peluang ini juga tidak dilewatkan oleh Ilhemi, alumni Teknologi Pangan Unimus tahun 2019.

“Masyarakat Kota Semarang diketahui memiliki mobilitas yang sangat tinggi. Walau sekarang aktivitas sudah kembali “new normal”, aspek-aspek yang dapat memicu penularan Covid-19 tetap harus diperhatikan. Trend masyarakat untuk mengkonsumsi makanan jalanan pasti akan kembali meningkat, kondisi memancing ide saya untuk memproduksi makanan siap saji namun tetap memperhatikan aspek gizi, aspek sensoris dan yang paling penting adalah aspek kesehatan. Dengan ilmu yang saya peroleh selama kuliah di Teknologi Pangan Unimus, saya mencoba untuk berinovasi memproduksi rice bowl yang sehat, nikmat dan bergizi. Proses pemasarannya pun saya menggunakan metode food truck, saya menjemput pelanggan sampai ke pinggiran Kota Semarang. Metode berjualan dengan truk ini lebih menjanjikan, dibandingkan membuka toko yang akan membutuhkan biaya yang lebih besar. Pemesanan dan pembayaran juga bisa dilakukan secara online, sehingga akan meminimalisir penularan Covid-19 ini.  Ide ini berangkat dari skripsi yang saya teliti mengenai “analisis kelayakan usaha pada food truck dengan produk inovasi sushi yang kemudian saya kembangkan” terang Ilhemi.

Sementara itu menurut Dr Nurhidajah MSi (Ketua Program Studi Teknologi Pangan/PSTP Unimus) PSTP Unimus memiliki slogan Healthy Food Innovator and Enterpreneur, dan slogan ini dituangkan dalam aspek kurikulum di mana mata kuliah pangan fungsional dan kewirausahaan menjadi mata kuliah wajib yang harus diambil oleh mahasiswa selama perkuliahan. Harapannya, setelah lulus para lulusan telah memiliki bekal untuk berwirausaha khususnya makanan dan atau minuman yang enak, sehat serta bergizi. Ilhemi telah membuktikan hal itu.

Doktor Ilmu Pangan UGM ini juga menerangkan bahwa bisnis makanan memang sangat terpuruk selama masa pandemi ini, apalagi para pelaku usaha secara offline yang menggantungkan pendapatan mereka dengan harus bertatap muka secara langsung dengan konsumen. Dengan adanya ide food truck ini Dr Nurhidajah MSi optimis bisnis makanan olahan kembali berjaya. Bisnis dengan metode ini memang didesain untuk makanan siap saji sehingga mampu mencegah kerumunan orang banyak, konsumen datang dan memesan makanan kemudian pulang dan dikonsumsi di rumah masing-masing. Konsumen juga bisa memesan terlebih dahulu produk yang akan dibeli via platform sehingga mampu meminimalisir kontak dengan penjual maupun konsumen lainnya apabila datang secara bersamaan. Penerapan protokol kesehatan juga lebih mudah dikontrol karena konsumen tidak berdesak-desakan dan tidak berkerumun.

Giat Sukses Bisnis Food Truck

 Menurut Muhammad Yusuf PhD (dosen Pengembangan Produk Teknologi Pangan Unimus), ada beberapa aspek yang harus diperhatikan oleh pengusaha pemula dalam memulai berwirusaha food truck. Paling penting adalah kekhasan dan inovasi baik pada produk, desain kemasan maupun truck yang digunakan.

Banyak pengusaha food truck yang gulung tikar setelah dua hingga tiga bulan berjualan karena tidak memproduksi produk pangan yang memiliki ciri khas tersendiri, hanya ikut-ikutan. Truk yang digunakan juga mengikuti trend yang sudah ada, padahal kompetitor pada bisnis ini sangat menjamur.

“Sering saya tekankan pada mahasiswa maupun alumni yang memulai merintis usaha, silahkan adopsi ide teknologi dari luar namun jangan hanya direplikasi. Inovasikan produk yang kita produksi dengan mensubstitusi bahkan kalau bisa menganti bahan utamanya dengan pangan lokal dengan sentuhan modern. Angkat budaya lokal kita pada produk tersebut, dikemas secara inovatif dan gunakan social media dalam pemasarannya” ujar Muhammad Yusuf PhD.

Berjualan dengan metode food truck memang menjanjikan, terutama bagi pengusaha pemula. Semakin banyak kompetitor dalam usaha yang kita jalani, menandakan market dari produk kita semakin besar. Usaha yang sehat ditandai dengan persaingan inovasi dan ide yang kuat. Jangan takut dengan persaingan, yang terpenting ciptakan ciri khas dari produk yang kita jual, konsep ide dengan baik, tentukan market, jalani dengan sungguh-sunguh, terapkan protokol kesehatan sebaik mungkin, berdoa dan jangan berhenti untuk belajar.****

ket foto: Diode Yonata (foto dok)

 

(Seperti disampaikan Diode Yonata MTP, akademisi Program Studi Teknologi Pangan Unimus  Semarang kepada kampussemarang.com)

About Admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

x

Check Also

Asupan Dengan Gizi Seimbang, Anemia Remaja Tumbang, Bangsa Tenang

  Opini Oleh: Dr Sufiati Bintanah SKM MSi Kepala Pusat Studi Gizi dan Pangan Halal ...