Optimalisasi Kepercayaan Diri Ibu Menyusui Di Era Pandemi Covid-19

 

Oleh : Umi Khasanah, SST, M.Keb

(Konselor menyusui dan Makanan Pendampiang ASI dan  Dosen S1 kebidanan Universitas Muhammadiyah Semarang).

Menyusui adalah proses yang pasti dialami seorang wanita setelah melahirkan anaknya. Menyusui merupakan kewajiban seorang ibu untuk memenuhi hak bayinya untuk mendapatkan Air Susu Ibu (ASI). Anjuran untuk menyusui tidak hanya ada secara teori melainkan hampir ada di semua kitab agama termasuk dalam agama islam. Firman Allah SWT, “Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan,” (QS al-Baqarah [2]: 233). Dengan demikian, menyusui tidak hanya sekedar kewajiban ibu terhadap bayinya melainkan perintah langsung Allah. Sehingga mengupayakan bayi mendapatkan ASI sesuai kebutuhan bayi adalah bagian dari menjalankan perintah Allah demi memenuhi hak seorang bayi.

Ada 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui sering disingkat dengan 10 LMKM namun faktor utama keberhasilan menyusui ada pada diri ibu sendiri meliputi tekad yang kuat, rasa percaya diri, keyakinan bisa menyusui sampai penyapihan, rasa nyaman, rasa aman, bahagia dalam menjalani proses menyusui, sikap optimis dan rasa positif yang lainnya. Di era pandemi seperti saat ini sikap dan pemikiran positif sangat diperlukan para ibu menyusui untuk keberhasilan menyusui. Rasa percaya diri ibu menyusui akan mempunyai pengaruh terhadap cara kerja hormon menyusui.

Proses menyusui berjalan bergantung pada kerja dua hormon yakni hormon prolaktin dan hormon oksitosin. Hormon prolaktin adalah hormon yang tugasnya memproduksi ASI dan sering disebut hormon produsen ASI. Sedangkan hormon oksitosin adalah hormon untuk mengeluarkan ASI dan sering disebut hormon pemasaran ASI karena tugasnya mirip manager bagian pemasaran. Dua hormon tersebut kerjanya saling berkaitan satu sama lain. Contoh saja ketika hormon prolaktin memproduksi ASI sesuai dengan kebutuhan bayi namun kerja hormon oksitosin terganggu sehingga pemasaran atau pengeluaran ASI tidak maksimal. Secara langsung hal tersebut membuat hormon prolaktin mengurangi produksi ASI. Hal tersebut sering terjadi pada ibu yang di awal proses menyusui, produksi ASInya sangat banyak tetapi tiba-tiba menjadi berkurang bahkan tidak keluar sama sekali. Sering juga saya menemui klien yang datang berkonsultasi kepada saya, mengeluh ASInya tidak keluar sama sekali sejak melahirkan bayinya. Setelah dilakukan konseling dan mencari akar permasalahan ditemukan penyebab yakni ibu kurang yakin dan percaya diri bisa memberikan ASI kepada bayinya. Apakah ASIku cukup? Apakah ASIku mengenyangkan? Apakah ASIku kental? Dan banyak pertanyaan lainnya yang semakin membuat seorang ibu menyusui krisis kepercayaan diri dan membuat kerja hormon menyusui menjadi tidak maksimal.

Proses menyusui adalah proses yang alamiah namun perlu diketahui dengan baik bahwa proses yang alami tersebut tidak bisa terjadi begitu saja. Untuk bisa berhasil menyusui dan ibu memiliki kepercayaan diri yang baik membutuhkan persiapan dari ibu dan keluarga. Sehingga persiapan menyusui dan belajar terkait proses menyusui tidak diharuskan pada ibu saja tapi juga keluarga sebagai support sistemnya. Pada dasarnya seorang ibu pasti mempunyai insting untuk menyusui bayinya. Insting dalam menyusui saja tidak cukup karena informasi yang tepat dan dukungan keluarga inti terutama suami juga diperlukan, menjadi salah satu faktor penting dalam menentukan kesuksesan dan keberhasilan menyusui. Dalam hal ini peran suami sebagai ayah ASI sangat penting dan dibutuhkan seorang ibu menyusui. Firman Allah dalam Al-baqarah ayat 233 dijelaskan bahwa “Dan bagi para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberikan makanan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang ma’ruf”. Dalam firman Allah tersebut sangat jelas ada peran ayah dalam proses menyusui sehingga memang sudah menjadi tugas ibu menyusui bayinya dan ayah sebagai pemberi nafkah wajib memastikan bahwa ibu berhasil menyusui bayinya. Seorang suami wajib dan mampu menjadi ASI booster bagi istrinya dalam menyusui bayinya. Dengan demikian ibu menyusui akan lebih percaya diri dan semangat melalui proses menyusui sampai tuntas yakni 2 tahun penuh. Luar biasa bukan akan ada teman begadang ketika menyusui malam hari dan ada yang menemani dalam perjuangan ASI.

Berdasarkan International Breastfeeding Journal terkait menyusui selama pandemi COVID-19 yang publish pada 14 September 2020 menyatakan bahwa virus COVID-19 tidak ditularkan melalui ASI. Mengingat kandungan nutrisi dalam ASI yang tak bisa tergantikan oleh nutrisi atau makanan lain apapun. Komponen makro nutrien dan mikro nutrien di dalam ASI telah menyesuaikan kebutuhan bayi, apalagi ada sel hidup seperti Growth Factors, Anti Alergi, Anti Virus, Anti bakteri, anti body dan masih banyak zat pendukung untuk semakin memperkokoh imunitas bayi. Dengan demikian ibu menyusui di era pandemi COVID-19 sebaiknya tetap menyusui bayinya dan tetap melakukan bounding.

Untuk semakin mengoptimalkan kepercayaan diri seorang ibu menyusui perlu mengetahui hal-hal dibawah ini :

  1. Seorang ibu yang menyusui secara rutin menjadikan produksi ASI mengikuti jadwal dan kebutuhan si bayi. Saat bayi mengalami growth spurt pun , tubuh pun akan menyesuaikan jumlah ASI yang dibutuhkan si bayi. Growth spurt adalah kondisi saat bayi membutuhkan ASI lebih banyak dari biasanya. Biasanya growth spurt terjadi pada usia 7-10 hari, 2-3 minggu, 4-6 minggu, 3 bulan, 4 bulan, 6 bulan, dan 9 bulan. Kondisi ini terjadi sekitar 3 hari hingga 1 minggu lamanya, lalu nafsu makan si bayi akan kembali seperti normal.
  2. Produksi ASI dipengaruhi oleh frekuensi menyusui, dan produksi ASI akan menurun ketika bunda mengurangi frekuensi menyusui. Idealnya, bayi yg belum menerima MPASI butuh menyusu setiap 2-3 jam sekali, tanpa peduli siang malam. Jadi frekuensi menyusui yang ideal dan cukup untuk si bayi adalah 8-12 kali sehari.
  3. Sebaiknya ibu menyusui bayi 15 menit pada masing-masing payudara, sehingga total waktu menyusui adalah 30 menit. Namun dari pada mengacu pada lama menyusui, lebih baik melihat tanda-tanda yang menunjukkan bayi kenyang seperti tangan bayi menjadi rileks, melepas puting dengan santai dan tenang.
  4. Setiap ibu menyusui dan bayi adalah pasangan yang unik. Tubuh ibu menyusui selalu memproduksi ASI dan seolah-olah payudara menjadi gentong ASI yang tersedia bila sewaktu-waktu dibutuhkan bayi. Saat payudara kosong, tubuh dengan cepat memproduksi ASI. Saat payudara mulai penuh, produksi ASI melambat. Sehingga jangan menunggu payudara penuh untuk menyusui karena tubuh akan menerima pesan bahwa kebutuhan bayi sudah cukup dan justru akan mengurangi produksi ASI.
  5. Bayi yang minum ASI, lambungnya lebih cepat kosong jika dibandingkan dengan bayi yang minum susu formula. Hal ini disebabkan molekul ASI lebih kecil sehingga lebih cepat dicerna oleh pencernaan bayi. Sehingga frekuensi minum bayi ASI lebih sering jika dibandingkan dengan bayi susu formula.
  6. Saat ibu menyusui sebaiknya dengan payudara kiri dulu baru kanan, saat menyusui berikutnya mulailah dari kanan dulu baru ke kiri. Begitu seterusnya agar pasokan ASI di dua payudara seimbang. Hal ini penting agar bayi memperoleh hindmilk (susu awal) dan foremilk (susu akhir) yang cukup untuk memenuhi kebutuhan kalori yang cukup pada bayi.
  7. Sebagian besar kasus berat badan bayi rendah adalah karena asupan ASI yang tidak mencukupi kebutuhan bayi atau karena masalah kesehatan mendasar pada bayi. Banyak penelitian menunjukkan bahwa wanita kurang nutrisi pun mampu menghasilkan susu yang cukup untuk mendukung pertumbuhan bayinya.
  8. Payudara adalah empeng alami untuk bayi yang memang akan membuat ia merasa nyaman sehingga bayi tidak membutuhkan empeng yang lainnya. Selain proses menghisap dari payudara langsung membuat bayi terhindar dari bingung puting dan dapat menstimulasi payudara memproduksi ASI.
  9. ASI adalah makanan dan minuman paling alami mudah dicerna oleh pencernaan bayi. Jika bayi sensitif terhadap ASI biasanyan itu bukan berarti disebabkan oleh ASI. Hal ini biasanya terjadi disebabkan makanan yang dikonsumsi oleh ibu, sehingga ibu sebaiknya menghindari makanan yang membuat bayi alergi.
  10. Dari penelitian menunjukkan bahwa bayi yang menyusu payudara ibunya sesuai permintaan justru mampu mengontrol pola makan dan mengambil jumlah yang tepat sesuai kebutuhan tubuh bayi. Sedangkan pemberian susu formula dan pemberian makanan padat yang berlebihan akan mempunyai risiko obesitas di masa mendatang. Komposisi ASI berubah sesuai dengan usia bayi. Bahkan ketika bayi mulai mengkonsumsi MPASI, ASI tetap menjadi sumber utama nutrisi selama tahun pertama bayi. Pada tahun kedua, barulah ASI menjadi sumber nutrisi sekunder yang terus berperan membangun sistem imun tubuh bayi.****

About Admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

x

Check Also

Asupan Dengan Gizi Seimbang, Anemia Remaja Tumbang, Bangsa Tenang

  Opini Oleh: Dr Sufiati Bintanah SKM MSi Kepala Pusat Studi Gizi dan Pangan Halal ...