Unimus Korban 27 Kambing dan 6 Sapi: Keteladanan Nabi Ibrahim Masih Relevan Bagi Bangsa Indonesia

ket foto: Rektor Unimus (kanan) saat menjadi katib Salat Idul Adha di pelataran Rektorat kampus Unimus . (Foto dok)

SEMARANG (kampussemarang) – Keteladanan Nabi Ibrahim berupa kesabaran dan keiklasan dalam melakukan syariat Allah (perintah menyembelih anaknya) masih relevan dengan kondisi bangsa dan negara Indonesia saat ini. Sebagai refleksi bangsa, teladan nabi Ibrahim relevan dengan budaya ruh ilahi yang mendasari seluruh aktivitas masyarakat.

“Misalnya pejabat melaksanakan amanat untuk memakmurkan rakyat, tidak menyalahgunakan kekuasaan, tidak korupsi dan lain-lain. Nafsu-nafsu ini harus dikalahkan oleh perintah Allah dengan berbuat amanah. Sebagai warga negara (WN) menteladani perilaku Ibrahim sebagai perilaku masyarakat konstruktif serta menjadi WN yang baik harus dilakukan” ujar Rektor Universitas Muhammadiyah Semarang (Unimus) Prof Dr H Masrukhi MPd saat menjadi katib dan imam Salat Idul Qurban di pelataran kampus Unimus, Kedungmundu, Jumat (1/9).

Menurut Prof Masrukhi, WN yang baik seyogyanya berpartisipasi maksimal dalam kehidupan bebangsa dan negara (mengambil peran sesuai porsinya).Sehingga jadi kehidupan kebangsaan yang baik. Ego pribadi dan golongan dihilangkan, juga kepentingan diri/keluarga dikalahkan dengan syariat Allah.

“Begitupjula ibadah haji mengenakan pakaian ikhrom putih tanpa dijahit sebagai pakaian kemanusiaan sejati. Pakaian ikrom simbul tidak adanya perbedaan antara pejabat dan rakyat, miskin dan kaya dan lain sebagainya, semua sama memakain pakaian yang sama dan sederhana. Di hadapan Allah ketakwaan yang menjadi kemuliaan, bukan jabatan, kekayaan dan lain-lain. Tokoh Islam Iran Ali Syariati menyatakan alangkah baiknya kalau pakaian kemanusiaan ini dipakai dalam keseharian sebagai tanda semua manusia sama sebagai hamba Allah” ujar Rektor Unimus ini.

Lebih lanjut menurut pengurus PW Muhammadiyah Jateng ini, saat ini ada beberapa manusia yang mengenakan “pakaian” selain pakaian kemanusiaan di antaranya “pakaian srigala” karena mereka suka menindas, keji, dan merugikan orang lain. Ada pula “pakaian tikus” dimana manusia suka licik, fitnah dan adu domba, “pakaian anjing” karena mereka senang berperilaku kerusakan, serta “pakaian domba” untuk orang yang tidak mempunyai kreativitas (hanya anut grubyuk). Orang yang bertakwa mengenakan pakaian kemanusiaan seraya menjadikan ruh ilahi sebagai landasannya.

“Kalau pakaian ihrom “dipakai” sehari-hari dipastikan terbangunnya masyarakat yang baik,nyaman dan negara aman tenteram.  Islam itu rahmatan lil alamin. Nabi Muhammad memberi contoh saat di Madinah menggunakan dasar Perjanjian Madinah untuk bermasyarakat dan mengatur seluruh suku, ras, agama bangsa Arab yang bersatu padu, saling toleransi dan bersama-sama menghalau musuh kalau Madinah diserang. Begitu pula kalau teladan Nabi Ibrahim dan Ismail dilaksanakan, maka bangsa ini menjadi bangsa yang ideal” ujar Prof Masrukhi.

Usai salat Idul Qurban, Rektor bersama Pimpinan Lembaga Studi Al Islam dan Kemuhammadiyahan (LSIK) Unimus Rohmat Suprapto Sag MAg, Wakil Rektor II Dr Hj Sri Rejek SKp MKep SpMat dan para dosen melakukan penyembelihan hewan kurban sebanyak 27 ekor kambing dan 6 ekor sapi. (ks01)

ket foto: Rektor Unimus (kanan) saat menyerahkan hewan kurban kepada panitia Suprapto SAg MAg. (Foto dok)

 

About Admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

x

Check Also

Kelas Haruslah  Menyenangkan, Dosen Vokasi Undip Inisiasi Terobosan Video Pembelajaran Pengukuran Jalan

SEMARANG (kampussemarang.com)- Langkah mewujudkan kelas yang menyenangkan penting untuk mendukung transfer ilmu pengetahuan secara lebih ...